A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari masih
banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan
daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang
yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa,
Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar
bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan
bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya
digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain itu, dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim
digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”.
Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran,
tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh
karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa
Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi
jika mungkin diusahakan dihilangkan.
Rumusan Masalah
· Apakah yang dimaksud dengan fonologi?
· Bagaimanakah membedakan ilmu-ilmu
bahasa yang tercakup dalam fonologi?
· Bagaimanakah mengidentifikasi
fonem-fonem bahasa Indonesia?
Tujuan
· Untuk menjelaskan pengertian fonologi.
· Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang
tercakup dalam fonologi.
· Untuk mengidentifikasi fonem-fonem
bahasa Indonesia.
B. PEMBAHASAN
Pengertian Fonologi
Sebelum diuraikan mengenai
fonologi, terlebih dahulu dibahas mengenai struktur. Struktur adalah penyusunan
atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.
Istilah fonologi ini berasal dari
gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi
dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata
bunyi. Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi adalah bunyi bahasa
yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh
manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan
istilah fonem.
Fonologi adalah ilmu tentang
perbendaharaan bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi
diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa
yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi
bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk
suku kata.
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana,
terdiri dari gabungan kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang
berarti ilmu). Dalam
khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa
Belanda, yaitu fonologie. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim
diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh
alat-alat ucap manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi–bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus
linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem
bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah
ilmu tentang bunyi bahasa.
Pengertian Fonologi Menurut Para Ahli
Berikut pengertian Fonologi menurut para ahli:
Menurut Kridalaksana (2002) dalam
kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Menurut Abdul Chaer (2003:102),
secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna
“bunyi” dan “logi” yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat
dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa
pada umumnya.
Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa
fonologi merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati
bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan fungsinya untuk
membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.
Fonologi ialah bagian dari tata
bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).
Definisi Fonologi menurut Fromkin
& Rodman (1998:96), fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari,
menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.
Definisi Fonologi menurut
Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan studi bahasa yang berkenaan dengan
sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis
bahasa.
Definisi Fonologi menurut Daniel
Jones, Sarjana fonologi Inggris,Fonologi ialah sistem bunyi sebuah bahasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis
bunyi bahasa secara umum.
Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi
Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:
ü
Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang
bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan
oleh alat ucap. Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang
bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik
diartikan bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau
fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang
dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer
(2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis
fonetik yaitu:
1) Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis
atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara
manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu
diklasifikasikan. Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap
yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus udara yang
digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat,
mengenai klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan,
mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri supresegmental,
seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.
2) Fonetik akustik
Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai
peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika
merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi
dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas
bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta
pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian
fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan
didalamnya.
3) Fonetik auditoris
Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi
bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat
dipahami. Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan fungsi alat
dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris
lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut
yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris,
sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih
berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu
dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan
kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik.
Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran daripada linguistik.
Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.
ü
Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian
tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1)
Bidang linguistik tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem suatu bahasa. (3)
Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.
Jika dalam fonetik mempelajari
berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana
tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik mempelajari dan
menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat
mempunyai fungsi untuk membedakan arti.
Chaer (2007) mengatakan bahwa
fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata.
Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika
dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan
bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah
fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Sebagai bidang yang berkosentrasi
dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna
bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang lingusitik yang lain, misalnya
morfologi, sintaksis, dan semantik
Fonologi dalam cabang morfologi
Bidang morfologi yang kosentrasinya
pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi,
misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi
antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses
morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.
Fonologi dalam cabang sintaksis
Bidang sintaksis yang berkosentrasi
pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat
berita), kamu berdiri?(kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah)
ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi
mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan
memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan
tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama
dalam bahasa Indonesia.
Fonologi dalam cabang semantik
Bidang semantik yang berkosentrasi
pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi.
Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan dan tidak. Contoh
kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk
dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?]
tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.
Fonem-Fonem Bahasa Indonesia
Pengertian Fonem
Supriyadi (1992) berpendapat bahwa
yang dimaksud fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004)
menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai
fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem.
Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan
bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya /b/ dan /p/
adalah dua fonem yang berbeda karenabara dan para beda
maknanya. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu
unsur diganti dengan unsur lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni
perubahan makna.
Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem
adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri
karena belum mengandung arti.
Ada 3 (tiga) unsur penting ketika organ ucap manusia
memproduksi bunyi atau fonem, yaitu:
· udara - sebagai
penghantar bunyi,
· artikulator - bagian
alat ucap yang bergerak, dan
· titik artikulasi (disebut
juga artikulator pasif) - bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh
artikulator.
Perbedaan Fonem dan Huruf
Dalam bidang linguistik, huruf
sering diistilahkan dengan grafem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang
terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran
dari bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah lambang fonem. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis
yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.
Bahasa Indonesia memakai ejaan
fonemis, artinya setiap hunuf melambangkan satu fonem. Namun demikian
masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf (dua hunuf
melambangkan satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh.
Di samping itu ada pula diafon
(satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan untuk menyatakan e
pepet dan e taling.
Huruf e melambangkan e
pepet terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi.
Huruf e melambangkan e
taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng
Sistem Fonologi dan Alat Ucap
Dalam bahasa Indonesia, secara
resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e,
∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c,
k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z).
Bentuk-bentuk fonem suatu bahasa
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dibahas dalam bidang fonetik. Terkait
dengan hal itu, Samsuri (1994) menyatakan secara fonetis bahasa dapat
dipelajari secara teoritis dengan tiga cara, yaitu:
1. Bagaimana
bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia
2. Bagaimana
arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan /atau rongga hidung si
pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara
3. Bagaimana
bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar
Cara pertama disebut fisiologis
atau artikuler, yang kedua disebut akustis dan yang ketiga auditoris.
Dalam bahasan struktur fonologis
cara pertamalah yang paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti
datanya. Hampir semua gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa, paru-paru,
sekat rongga dada, tenggorokan, lidah dan bibir.
Alat ucap dibagi menjadi dua macam:
o Artikulator; adalah alat-alat yang
dapat digerakkan/ digeser ketika bunyi diucapkan
o Titik Artikulasi; adalah titik atau
daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati
Fonem-fonem yang dihasilkan karena
gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu
seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal.
Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat
halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
DAFTAR PUSTAKA
http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/01/fonologi-morfologi-dan-sintaksis-bahasa.html
http://bahasaindonesiakusatu.blogspot.co.id/2013/02/fonologi.html
http://blog.unnes.ac.id/ellenyolla/2015/11/19/contoh-makalah-struktur-fonologi-bahasa-indonesia-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Fonologi
http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html
0 komentar:
Posting Komentar