Total Tayangan Halaman

Minggu, 09 Oktober 2011

RAHASIA BISNIS ORANG JEPANG

1.        KEBANGKITAN JEPANG
Keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi sangat mengagumkan. Jepang menjadi contoh dan teladan negara-negara yang berpengaruh di dunia. Awalnya, mutu produk Jepang dianggap paling rendah. Namun, sekarang produk Jepang dianggap sebagai produk terbaik dan berkualitas.
Ukuran kemajuan Jepang dapat diukur dari pendapatan per kapita dan taraf hidup rakyatnya yang menempati posisi kedua tertinggi di dunia. Selain memiliki simpanan khusus yang tinggi, Jepang juga tidak memiliki utang luar negeri. Negara Jepang bukan hanya memiliki tingkat inflasi rendah, melainkan juga tingkat pengangguran yang rendah. Pelayanan pendidikan dan kesehatan di Jepang merupakan yang terbaik di dunia. Oleh karena itulah, semua penduduknya dapat membaca dan menulis.
Keberhasilan yang dirasakan Jepang tidak dicapai dalam waktu singkat. Sebenarnya, tidak ada satu keajaiban pun yang membantu perkembangan dan kemajuan perekonomian Jepang. Semua diperoleh dari hasil kerja dan usaha keras rakyat Jepang untuk memulihkan kembali harga diri bangsa dan negara yang telah tercemar.
Bangsa Jepang memiliki semangat pantang menyerah. Mereka tidak takut dengan cobaan dan kesusahan. Mereka sangggup berhadapan dengan segala cobaan demi mencapai tujuannya. Mereka juga teguh menjaga harga diri dan kehormatan bangsa. Jika melakukan suatu pekerjaan, maka mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang terbaik. Bangsa Jepang sulit menerima kekalahan. Jika kalah, maka mereka mau kalah dengan penuh harga diri. Mereka tidak mau dihina. Bagi mereka lebih baik mati daripada menjadi bangsa yang dihina dan terhina.
Bangsa Jepang lebih memilih mati dan bunuh diri daripada menanggung malu akkibat kekalahan dan kegagalan. Zaman dahulu pahlawan Jepang yang dikenal dengan sebutan samurai akan melakukan hara-kiri atau bunuh diri dengan menusukkan pedang ke bagian perut jika kalah dalam pertarungan.
Meskipun sumber alamnya minimal, terancam gempa bumi, dan sering dilanda angin topan, mereka menggunakan segala potensi yang ada untuk membangun negara mereka agar sebanding dengan negara yang kaya dengan sumber alam.
Sikap itulah yang membantu Jepang bangkit dan mampu bersaing di pasar ekonomi bebas dan dunia perniagaan. Jepang juga memiliki sumber daya manusia yang cukup dan berkualitas untuk membangun sektor industri dan perusahaan industri.


2.        BAGAIMANA JEPANG MENJADI NOMOR SATU
Berbeda dengan Indonesia, Jepang tidak memiliki hasil dan sumber daya alamnya sendiri. Oleh karena itu, Jepang bergantung pada sumber dari negara lain. Hampir delapan puluh lima persen sumber tenaganya berasal dari negara lain. Hasil pertanian Jepang adalah yang tertinggi di dunia. Di Jepang pertanian masih menjadi sektor utama meskipun telah dikenal sebagai negara industri yang maju.
Persaingan penggunaan tanah di Jepang sangat tinggi dan ketat. Karena permukaan yang bergunung-gunung, para petani harus memaksimalkan penggunaan tanah untuk menghasilkan makanan secara produktif. Bangsa Jepang tidak suka pemborosan. Karena itu, mereka memanfaatkan waktu dan sumber daya alam sebaik-baiknya.
Sektor lapangan pekerjaan, pendidikan, dan sektor kehidupan lainnya juga ikut mengalami persaingan yang ketat. Hal itu disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah jumlah penduduk yang padat dan perubahan sosio-ekonomi. Bangsa Jepang tidak menjadikan keadaan geografis yang kurang baik sebagai alasan mereka tidak bisa maju.
Bangsa Jepang berhasil membuktikan mereka dapat menciptakan keajaiban dalam bidang ekonomi dalam keadaan yang serba kekurangan dan dengan sumber daya alam terbatas. Keajaiban itu datang dari kerja keras dan komitmen penduduknya selama beratus-ratus tahun.
Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tahan terhadap cobaan. Mereka tidak mudah tunduk pada kekalahan dan kegagalan. Mereka juga tidak mudah putus asa dan menyerah begitu saja. Bagi bangsa Jepang, kalah dan gagal setelah berjuang lebih mulia daripada mati sebelum berperang atau mencoba.
Banyak negara di Asia yang menjadikan keberhasilan Jepang sebagai sumber inspirasi mereka. Akan tetapi, tidak satupun yang mampu mencontoh secara utuh keberhasilan Jepang. Mencontoh keberhasilan Jepang tanpa menerapkannya melalui tindakan tentu saja tidak memberikan hasil apa-apa.
Banyak negara yang berusaha mengikuti langkah Jepang. Salah satunya adalah Korea Selatan. Seperti halnya Jepang, Korea Selatan juga mengalami kehancuran ekonomi yang dahsyat akibat perang saudara dengan Korea Utara. Ketika saudara kandungnya itu masih berhadapan dengan kemiskinan, perekonomian Korea Selatan telah berkembang dengan pesat, sehingga muncul sebagai penguasa baru dalam perekonomian Asia. Namun, kemajuan ekonominya masih belum dapat mengalahkan Jepang. Negara Jepang dianggap sebagai pemimpin utama dan penguasa nomor satu perekonomian di benua kita.

3.        MENGAPA TIDAK SEPERTI JEPANG
Mengapa Korea Selatan, Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan Indonesia tidak dapat menjadi seperti Jepang? Apakah karakter bangsa Jepang tidak dimiliki bangsa lain? Padahal, berdasarkan ciri fisik dan keadaan geografis, setengah negara tersebut yang lebih baik daripada Jepang. Keberhasilan ekonomi Jepang pernah dikaitkan dengan gaji buruh dan pekerja yang rendah. Namun, menjelang tahun 1978, gaji pekerja Jepang lebih tinggi daripada gaji pekerja AS dan berkali-kali lebih tinggi daripada gaji pekerja negara Asia lainnya.
Pada tahun 1975, setiap sembilan hari, seorang pekerja di Jepang menghasilkan sebuah mobil senilai seribu pounsterling. Seorang pekerja Jepang rata-rata dapat melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan lima sampai enam orang. Pekerja di Jepang mau bekerja lembur tanpa bayaran lebih. Bagi mereka, yang terpenting adalah pekerjaan tersebut dapat selesai secepatnya.
Jika ada negara yang ingin seperti Jepang, mereka harus memiliki pekerja yang mampu mengerjakan berbagai pekerjaan dalam waktu yang sama.
Berbeda dengan pekerja di Indonesia yang sangat bergairah menuntut berbagai gaji dan bonus tanpa mencoba berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka. Konsep untuk membayar terlebih dahulu dan bekerja kemudian haruslah diubah.
Bangsa Jepang berusaha menjadi nomor satu dalam semua bidang. Mereka juga bekerja sungguh-sungguh untuk mencapainya. Sikap positif ini sebaiknya diterapkan dalam hati dan sanubari kita semua. Sikap ini berhasil mengubah pandangan masyarakat dunia pada barang produksi Jepang.
Bangsa Jepang terus melakukan penyelidikan untuk meningkatkan mutu produksi, sehingga produk mereka diakui sebagai yang terbaik di dunia.
Jika Jepang dapat menjadi nomor satu dan menciptakan keajaiban dalam bidang ekonomi, tidak ada alasan bagi negara lain untuk tidak bisa mendapatkan kedudukan yang sama. Bukankah ada pepatah lama yang mengatakan “dimana ada kemauan, disitu ada jalan” dan “mau seribu daya, tidak mau seribu alasan”. Jepang bisa negara lain juga pasti bisa. Walaupun tidak bisa sama persis seperti Jepang, tetapi negara lain dapat meniru Jepang. Bangsa Jepang juga meniru dari Barat sebelum mereka dapat menghasilkan produk dan barang yang jauh lebih baik daripada yang ditirunya.



4.        ORGANISASI JEPANG
Organisasi Jepang tidak menyukai individu atau pekerja yang banyak tingkah dan mementingkan diri sendiri. Menurut mereka, kesuksesan sebuah organisasi tidak boleh dianggap sebagai kesuksesan individu, tetapi sebagai hasil kerja sama kelompok. Bagi bangsa Jepang, perundingan dan pembicaraan akan menghasilkan keputusan yang baik. Mereka melibatkan orang lain dalam perkara yang hendak diperbincangkan. Dalam organisasi Jepang, setiap anggota, baik tingkat bawah, tengah, maupun atas, memiliki peran dan kepentingan yang sama. Hubungan antar individu tanpa melihat jabatan dan kedudukan membuat hubungan menjadi erat dan saling melengkapi satu sama lain.
Setiap tingkatan dan bagian dalam organisasi sama-sama penting. Tidak ada pihak, termasuk pengelola yang boleh menganggap dirinya sebagai golongan paling penting dalam organisasi. Ini berbeda dengan organisasi barat.
Dalam organisasi Jepang, pengelola berawal dari posisi bawahan dan naik secara perlahan. Oleh karena itulah, kebanyakan pengelola organisasi Jepang lebih akrab dan memahami bawahannya ketimbang pengelola di AS.
Sistem tersebut menjadikan setiap pekerja menjabat posisi yang lebih tinggi bukan berdasarkan kedudukan dan hubungan dengan pihak pengelola, melainkan prestasi, hasil, kemampuan, dan sikap terhadap pekerjaan. Mereka yang naik jabatan melalui cara itu memiliki hubungan interpersonal yang kuat dengan bawahannya. Sikap berterus terang mengurangi konflik antara pihak pengelola dan bawahannya.
Secara tradisi, para pimpinan eksekutif Jepang telah diajarkan agar selalu mengamalkan sikap saling membantu dengan pekerja sebagai satu kumpulan manusia yang besar. Mereka tidak melihat dunianya sebagai suatu yang terasing, tetapi meletakkan diri mereka dalam hubungan berbentuk bulatan yang berlapis-lapis. Setiap individu menempatkan dirinya dirinya bersama-sama orang lain yang dekat dengannya dalam lapisan yang terdalam. Sikap saling bergantung tersebut mempunyai peran penting dalam tim kerja Jepang.
Tim kerja merupakan pondasi dasar dalam organisasi usaha Jepang untuk membentuk interaksi antara anggota tim dan pengelola. Pemimpin tim haruslah individu yang dapat diterima para anggotanya untuk menjaga keharmonisan dan semangat diantara mereka.
Melalui tim kerja yang seperti itu, hubungan emosi dan pribadi dipupuk dan dibangun untuk meningkatkan semangat dan motivasi anggota. Tim tersebut juga memberikan dukungan moral untuk mempertahankan kesetiaan, disiplin, dan semangat kerja para anggotanya.

5.        SENI PENGELOLAAN JEPANG
Biasanya, seseorang memperkenalkan diri berdasarkan identitas negara atau keturunannya. Bangsa Jepang lebih suka mengaitkan diri mereka sendiri sebagai anggota organisasi dan perkumpulan tertentu saat memperkenalkan diri. Mereka bangga jika dikaitkan dengan organisasi besar dan berprestasi, tempat mereka bekerja. Semangat inilah yang menjadi tonggak utama kekuatan organisasi perdagangan bangsa Jepang.
Bangsa Jepang memiliki semangat kebersamaan yang kuat. Semangat inilah yang memunculkan Jepang sebagai penguasa ekonomi dunia yang berpengaruh pada masa sekarang. Mereka bukan saja dapat menyaingi negara barat, melainkan juga berhasil bangkit dari keruntuhan dan kekalahan akibat perang dalam waktu singkat. Semangat kebersamaan bangsa Jepang sangat besar, sehingga segala keputusan yang dibuat mencerminkan sikap perkumpulan dan organisasi yang didukungnya.
Sikap dan pengelolaan bangsa Jepang berbeda dengan negara Barat yang memberikan ruang sebesar-besarnya kepada anggota organisasi untuk berpendapat dan mengemukakan pandangan. Dalam organisasi Jepang, pendapat anggota dianggap penting dan diberi perhatian sewajarnya.
Selain itu, kemauan orang Jepang menjadi hamba organisasinya merupakan faktor kesuksesan negara itu menjadi penguasa besar dalam bidang ekonomi dan industri. Walaupun cara pengelolaan itu melemahkan bangsa Jepang sebagai seorang individu, tetapi dari sisi lain, cara itu berhasil menghasilkan organisasi yang mantap dan kuat. Para pengusaha Jepang percaya, jika keperluan anggota dipenuhi dengan baik, maka mereka dapt menyelesaikan banyak pekerjaan yang masih tertinggal. Sikap dan gaya pengelolaan ini tidak dilakukan para eksekutif di AS yang lebih senang membedakan kebutuhan individu dan organisasi.
Dalam sistem kepengelolaan Jepang, individu tidak penting jika dibandingkan dengan perkumpulan dan organisasi. Sikap lain bangsa Jepang yang patut diperhatikan adalah mereka tidak suka membuat keputusan tanpa berpikir terlebih dulu. Keputusan harus dibuat secara kolektif dengan mempertimbangkan semua pendapat. Bukan berarti para eksekutif Jepang tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk bertindak. Mereka tidak takut mengambil risiko. Hanya saja mereka tidak mau mengambil keputusan dan tindakan yang merugikan organisasi.
Seni kepengelolaan Jepang juga perlu dipelajari. Hal yang lebih penting adalah setiap organisasi di Indonesia perlu memberikan perhatian kepada pembangunan manusia dan nilai kemanusiaan dalam kepengelolaan mereka.

6.        TRADISI DAN TRANSISI
Salah satu keistimewaan Jepang adalah kemajuan tidak mengubah sedikitpun cara hidup rakyatnya. Meskipun dikenal sebagai salah satu negara paling maju di dunia, rakyat Jepang masih menerapkan sebagian besar cara hidupnya sesuai tradisi. Nilai-nilai tradisional  masih dapat dilihat dari sikap, cara berpikir, bekerja, berpakaian, bahasa, dan makanan mereka.
Bangsa Jepang sadar bahwa untuk mencapai kemajuan, mereka harus mampu menyesuaikan nilai tradisi dengan nilai baru dari luar. Setiap bangsa pasti akan mengalami masa transisi ketika dunia mengalami perubahan pesat. Tradisi berubah menjadi modern.
Dalam masa transisi, bangsa yang tidak mampu melakukan penyesuaian akan menghadapi masalah. Kelebihan bangsa Jepang adalah mereka mampu menyesuaikan diri dengan segala perubahan tanpa menghilangkan identitas dan jati diri yang telah mengakar kuat.
Kemajuan di Jepang membawa perubahan pada cara hidup penduduknya. Menurut sebuah penelitian, perbandingan biaya hidup di Tokyo hamper melebihi 1,5 kali lipat biaya hidup di New York, Paris, dan Berlin. Namun, mereka sudah terbiasa dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut. Cara yang mereka lakukan adalah bekerja lebih keras daripada ang lain.
Bangsa Jepang sangat mementingkan pekerjaan mereka karena pekerjaan memberikan jaminan sosial pada mereka. Mereka sanggup menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja dan jarang pulang cepat ke rumah.
Tidak mudah menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jepang. Bagi mereka yang baru pertama kali ke Jepang mungkin akan mengalami goncangan budaya.
Cara hidup bangsa Jepang berbeda dengan bangsa Asia yang lain. Mereka senantiasa bergerak gesit dan berjalan cepat. Mereka selalu mengejar waktu. Kehidupan di Jepang serba cepat dan tidak ada istilah lamban dalam kamus kehidupan mereka. Saat berada dalam bus ataupun kereta api, mereka tidak membuang waktu.
Karena sikap tidak suka membuang waktu itu, setiap hari terdapat teknologi dan barang baru di pasaran. Perkembangan dan perubahan teknologi di Jepang sangat cepat.
Setiap orang mampu menguasai teknologi jika mereka pandai menggunakannya. Bagi Jepang, persoalan tradisi dan transisi tidak penting. Hal yang lebih utama adalah bagaimana caranya menjual teknologi sebagai suatu produk yang diperlukan setiap orang.


7.        BUDAYA KERJA BANGSA JEPANG
Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa terproduktif di dunia. Karakter dan budaya kerja keras merupakan faktor penting keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi, industri, dan perdagangan.
Bangsa Jepang tidak menganggap tempat kerja hanya sekadar tempat mencari makan, tetapi juga menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan kehidupannya. Di Jepang, setiap pekerja mengetahui tugas dan perannya di tempat kerja. Mereka tidak bekerja sebagai individu, tetapi dalam satu pasukan, sehingga tidak ada jurang yang tercipta diantara mereka.
Jabatan tinggi atau rendah tidak penting dalam etika dan pengelolaan kerja bangsa Jepang. Pengelola tidak dipisahkan dari bawahan mereka. Susunan ruangan kantor bukan agar atasan mengawasi bawahannya, melainkan lebih berfungsi sebagai tempat dan saluran untuk berbincang dan bertukar pandangan.
Bangsa Jepang sanggup bekerja lembur, meskipun tidak dibayar. Itu merupakan wujud kesetiaan dan komitmen mereka pada perusahaan. Kerajinan dan kemauan bangsa Jepang untuk bekerja melebihi jam kerja membuahkan hasil positif, yaitu membantu perkembangan dan pertumbuhan pesat ekonomi Jepang.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian dan keinginan banyak negara, termasuk Malaysia, untuk mempelajari formula keberhasilan Jepang tersebut. Pada era 1980-an, Malaysia memperkenalkan asas memandang ke Timur dengan menjadikan Jepang sebagai contoh dan teladan dalam keberhasilan ekonomi.
Budaya kerja bangsa Jepang yang diperkenalkan antara lain pencatatan waktu, senam pagi sebelum bekerja, bekerja dalam tim, dan penjelasan singkat cara kerja sebelum mulai kerja.budaya kerja Jepang tidak sulit diterapkan, asalkan setiap orang mau mengubah sikap. Sikap rajin, optimis, kreatif, dan tepat waktu merupakan ciri-ciri bangsa maju.
Sebenarnya potensi tersebut dimiliki semua bangsa, namun tidak semua negara mampu mengelola potensi itu dengan baik.
Oleh karena itu, setiap bangsa perlu mengubah sikap dengan cara membentuk sikap, budaya kerja, dan cara hidup seperti halnya bangsa Jepang.
Dengan demikian, keberhasilan dan kemajuan dapat dicapai. Akan tetapi, setiap bangsa juga perlu mempertahankan jati diri mereka seperti juga Jepang. Perubahan sikap tidak menghilangkan jati diri Jepang sebagai bangsa berdaulat, tetapi menjadikan mereka sebagai bangsa yang mampu bersaing.


8.        ETIKA KERJA JEPANG
Meskipun kemampuan bangsa Jepang untuk menciptakan sesuatu tidak sehebat bangsa Barat, mereka selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi.
Etika kerja bangsa Jepang bersifat umum, tetapi lebih memiliki banyak persamaan dengan sistem kerja bangsa Asia daripada sistem kerja bangsa Barat. Hal itu dapat diterapkan di negara lain dengan melakukan penesuaian dengan budaya setempat.
Etika kerja yang baik menghasilkan “buah” yang baik dan dapat dinikmati terus-menerus. Yang diperlukan adalah tindakan, bukan hanya sekedar pembicaraan. Etika kerja yang baik hanya menjadi etika jika tidak diterapkan. Untuk menerapkannya, diperlukan komitmen. Tanpa konsistensi dan disiplin, etika yang baik juga tidak dapat menghasilkan sesuatu. Semangat dan sikap seperti itu hanya dapat diwujudkan melalui kemauan untuk bekerja. Tanpa kemauan tersebut, kerajinan dan disiplin yang ketat tidak akan terwujud. Kemauan itu harus ditanamkan dalam jiwa dan pikiran.
Etika kerja orang Jepang berbeda dengan etika kerja Barat. Bangsa Barat percaya pada anggapan bahwa sesuatu dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Oleh karena itu, para pekerja di Barat sering mendesak kenaikan gaji dan hal lain tanpa memperkirakan pengeluaran, kemampuan, dan pendapatan perusahaan. Bangsa Jepang beranggapan bahwa mereka perlu bekerja keras dan berusaha demi mendapatkan sesuatu. Mereka perlu bekerja keras untuk menentukan banyaknya bagian yang diperoleh seseorang.
Meskipun tidak memiliki banyak sumber alam, mereka tidak berpangku tangan dan membiarkan keadaan geografis dan takdir menentukan nasib dan masa depan mereka.  Bagi mereka, hidup merupakan perjuangan. Dalam perjuangan , berbagai rintangan dan cobaan harus dihadapi dengan tabah. Perjuangan itu akan berhasil melalui etika kerja yang teratur, penuh disiplin, kreatif, dan inovatif. Etika kerja seperti itu penting untuk menimbulkan keinginan berusaha dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Usaha keras juga berarti mau mengorbankan waktu, tenaga, dan uang untuk menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik dan produk yang mampu bersaing.
Kebanyakan perusahaan di Jepang mengenyampingkan perbedaan status antara pekerja, baik pekerja eksekutif maupun pekerja biasa. Kedua golongan tersebut menghabiskan waktu yang sama banyak dalam bekerja. Pengorbanan setiap pekerja dihargai dengan merujuk setiap keputusan yang akan dibuat kepada para pekerja. Hal itu memperkuat komitmen setiap pekerja sebagai bagian dari komponen perusahaan dan organisasi.


9.        MENGELOLA BISNIS CARA JEPANG
Urusan bisnis memerlukan kemahiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan sosial budaya suatu masyarakat. Setiap masyarakat memiliki cara hidup, budaya, dan adat masing-masing. Terkadang ada suatu hal yang dianggap sensitif oleh satu masyarakat, tetapi dianggap biasa oleh masyarakat lainnya. Jadi, sebelum mengadakan hubungan bisnis dengan bangsa lain, sebaiknya pelajarilah hal yang berkaitan dengan bangsa tersebut. Kegagalan memahami dan menguasai aspek-aspek asas ini bisa menghambat urusan bisnis dan menemui jalan buntu.
Untuk menjadi pengusaha yang berhasil, seseorang harus mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat. Penyesuaian itu dapat dilakukan dengan berinteraksi dan berkomunikasi. Jika tidak, maka urusan bisnis tersebut dapat mengalami kesulitan. Kesulitan yang akan dihadapi orang yang melakukan bisnis dengan orang Jepang adalah sikap etnosentrisme mereka, sikap tersebut terbentuk karena mereka terlalu mengagungkan budaya bangsanya. Bagi bangsa Jepang, budaya dan tradisi menjadi lambing identitas dan mereka bangga dengan hal itu.
Peremasalahan yang biasanya dialami oleh pihak yang berbisnis dengan orang Jepang adalah masalah bahasa dan perbedaan budaya. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara memahami beberapa aspek dan masalah yang berkaitan dengan budaya bisnis masyarakat Jepang. Cara menghadapinya ada beberapa cara. Pertama, mempelajari cara yang tepat untuk mengawali hubungan dengan sebuah perusahaan Jepang. Kedua, mengetahui dengan pasti cara menjaga hubungan bisnis yang telah terjalin. Ketiga, mencari cara melanggengkan hubungan tersebut agar berjalan lancar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalankan bisnis di Jepang. Jangan terlalu mengandalkan surat-menyurat, usahakan bertemu langsung. Hendaknya menguasai bahasa Jepang dengan baik atau gunakan penerjemah karena orang Jepang tidak suka bahasa Inggris. Dalam berbisnis dengan orang Jepang biasanya perundingannya lama. Namun, setelah persetujuan dicapai, proses pelaksanaannya mudah dan lancar. Hal itu karena orang  Jepang selalu hati-hati dan berusaha mendapatkan keterangan yang jelas sebelum membuat keputusan.
Berbisnis dengan orang Jepang tidak dapat dilakukan dengan begitu saja. Setiap orang yang ingin berbisnis di Jepang harus menyiapkan diri terlebih dahulu. Orang Jepang tidak suka beromong kosong karena setiap urusan bisnis harus berakhir dengan keputusan yang tepat.

10.    BUDAYA BISNIS BANGSA JEPANG
Cara orang Jepang berbisnis sedikit berbeda dengan cara orang Barat. Berurusan bisnis dengan orang Jepang tidak semudah berurusan bisnis dengan orang Cina. Setiap perkataan yang diucapkan memiliki banyak pengertian.
Biasanya orang Jepang memulai perundingan dengan hal yang tidak berkaitan dengan topik utama. Orang Jepang sulit untuk menolak suatu tawaran dengan kata “tidak”. Mereka mempunyai cara halus untuk menolak suatu tawaran dalam bisnis.
Cara tersebut merupakan sebagian dari cara orang Jepang menunjukan reaksinya terhadap pandangan dan pendapat yang tidak disetujuinya demi menjaga keharmonisan dan menghindari perselisihan. Orang Jepang tidak mencampur-adukkan urusan bisnis dengan pribadi.
Orang Jepang suka bersenang-senang dan dibuat senang. Oleh karena itu, banyak urusan bisnis dengan orang Jepang diadakan di pusat-pusat hiburan. Namun, bukan berarti orang Jepang dapat disogok dengan hiburan. Mereka dapat membedakan antara pemberian pribadi dan tanggung jawab terhadap organisasi.
Satu hal yang harus dipahami oleh orang yang ingin berbisnis dengan orang Jepang adalah sistem ringi, yaitu sistem pengambilan keputusan dengan mufakat. Suatu usul ang diajukan kepada orang Jepang, akan dibicarakan bersama sampai kesepakatan tercapai. Proses tersebut memakan waktu, tapi mempermudah pelaksanaannya karena disetujui secara bersama. Orang yang ingin berbisnis di Jepang perlu menyesuaikan diri dengan sistem ringi.
Kadang-kadang perundingan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Begitu juga untuk membuat suatu keputusan penting. Orang Jepang sangat berhati-hati dalam membuat keputusan karena keberhasilan ataupun kegagalan suatu bisnis tergantung kepada tindakan yang diambil. Oleh karena itu, saat berbisnis jangan mendesak atau menekan. Karena keputusan kecil atau besar dianggap sama penting.
Hal lain yang perlu diperhatikan ketika berbisnis dengan orang Jepang adalah berusaha menjalin hubungan aisatsu dengan rekan kerja dalam perusahaan dan firma. “Aisatsu” bermakna memberikan ucapan selamat, tetapi, sebenarnya ucapan tersebut bermakna dalam. Meskipun ucapan tersebut singkat, hal itu dapat mempererat hubungan bisnis dengan perusahaan Jepang.
Hal yang juga perlu diketahui adalah hubungan dengan orang ketiga atau perantara biasanya lebih mudah dan mudah dilaksanakan. Tidak mungkin seseorang bisa masuk dalam suatu organisasi tanpa sokongan atau pertolongan seorang perantara.

11.    DISIPLIN KERJA BANGSA JEPANG
Mengapa bangsa Jepang lebih berhasil dan maju dibandingkan dengan bangsa lainnya? Padahal jika dilihat dari segi fisik, tubuh orang Jepang lebih kecil dibandingkan bangsa Asia lainnya. Bahkan ukuran fisiknya tidak sebanding dengan orang Barat. Meskipun demikian, bangsa Jepang adalah bangsa yang maju.
Dari segi makana, tidak ada perbedaan mecolok antara bangsa Jepang dengan bangsa lain di wilayah ini. Jika dinilai dari segi kepintaran dalam bisnis, bangsa Cina lebih hebat berbisnis dibandingkan orang Jepang.
Sebenarnya, keberhasilan dan kehebatan bangsa Jepang terletak pada disiplin kerja mereka yang tinggi. Disiplin itulah yang membentuk sikap dan semangat kerja keras pada bangsa Jepang. Disiplin juga menjadikan mereka patuh pada perusahaan dan mau melakukan apapun demi keberhasilan perusahaan mereka.
Disiplin dikaitkan dengan harga diri. Jika mengalami kegagalan, maka bukan organisasi dan perusahaan yang menanggung malu, melainkan para pekerja yang akan merasa malu dan kehilangan harga diri.oleh kareana itu, tidak heran orang Jepang sanggup bekerja mati-matian  untuk memajukan perusahaan dan organisasinya.
Keadaan ini sangat berbeda dengan budaya kerja orang Indonesia yang biasanya selalu ingin pulang lebih cepat. Sebagian dari kita menganggap pulang bekerja lebih cepat merupakan suatu cerminan status sosial yang lebih tinggi. Di Jepang, orang yang pulang lebih awal dianggap sebagai pekerja yang tidak penting dan tidak produktif.
Ukuran nilai dan status orang Jepang didasarkan pada disiplin kerja dan jumlah waktu yang dihabiskannya di tempat kerja.
Namun, bukan berarti orang Jepang tidak mempunyai masa bersantai. Mereka bersantai setelah selesai bekerja. Yang mengherankan adalah orang Jepang selalu datang tepat waktu meskipun pada malam harinya bersenang-senang di tempat hiburan dan terkadang minum sampai mabuk. Mereka selalu datang tepat waktu dan bekerja seperti biasa.
Sebenarnya, sikap disiplin bangsa Jepang tidak ada bandingannya. Mereka golongan pekerja yang paling disiplin. Orang yang tidak memiliki disiplin tinggi dianggap tidak layak bekerja dengan mereka.
Orang Jepang tidak bisa berkompromi dengan hal yang berkaitan dengan disiplin. Hal itu mirip dengan sebagian masyarakat Indonesia yang tidak bisa berkompromi dengan hal yang berkaitan dengan adat.


12.    KESETIAAN PEKERJA JEPANG
Keberhasilan Jepang sebagai penguasa ekonomi bukan saja dibantu oleh sistem kerja yang baik secara tim, standar mutu produk, semangat bushido, dan disiplin samurai. Melainkan juga sikap dan karakter rakyatnya pada pekerjaan. Orang Jepang menyadari mereka memiliki banyak kekurangan, tetapi tidak menjadikannya sebagai halangan untuk bersaing dengan bangsa yang lebih hebat. Mereka menutupi kekurangan dengan belajar, meniru, dan mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapatkannya.
Bangsa Jepang mampu memperbaiki suatu keadaan buruk menjadi keadaan yang lebih baik. Salah satu wilayah yang dapat dijadikan contoh adalah Hofu, di Honshu barat. Sebelumnya, tempat itu adalah sebuah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang padat. Kemudian, orang Jepang mampu melakukan perubahan dengan kota tersebut. Saat ini, tempat ini telah menjadi kota yang maju dan makmur.
Kesetiaan pekerja Jepang pada perusahaan dan organisasinya tidak ada bandingannya. Semangat kerja mereka dapat mengubah Hofu menjadi pusat perindustrian yang terpandang di Jepang.
Keberhasilan Hofu menjadi pusat industri yang paling unggul di Jepang adalah hasil kerja keras dan gila kerja kerja serta sikap tidak mudah putus asa para pekerjanya. Semua itu dicapai hanya dalam waktu sepuluh tahun.
Keberhasilan masyarakat dan organisasi dianggap sebagai keberhasilan para pekerja. Dalam pengelolaan kerja orang Jepang, para pekerja mendapatkan imbalan jika perusahaan mencapai keberhasilan dan mendapatkan keuntungan. Perusahaan Jepang memberikan pelayanan kepada para pekerjanya dan para pekerja juga menyayangi perusahaannya. Bahkan melebihi rasa sayang kepada keluarganya.
Kesetiaan orang Jepang pada organisasinya tidak berdasarkan gaji ataupun hadiah, tetapi tanggung jawab dan rasa memiliki. Organisasi dan pekerja membentuk satu kesatuan. Hubungan antara organisasi dan pekerja terwujud dalam hubungan simbiosis, yaitu hubungan saling memerlukan dan bergantung satu sama lain.
Para pekerja ikut merasakan jika perusahaan mengalami kegagalan. Begitu juga sebaliknya, ketika pekerja kehilangan semangat kerja, produktivitaspun akan hilang.





13.    INOVASI JEPANG
Di negara barat, inovasi dihasilkan oleh orang yang disebut jenius dalam bidang masing-masing. Akan tetapi di Jepang, kebanyakan inovasi dihasilkan oleh tim pengelola dan pekerja golongan menengah dalam organisasi ataupun perusahaan.
Dalam organisasi Jepang, dibentuk berbagai tim kerja untuk memunculkan ide baru yang kreatif. Pembicaraan dalam suatu tim dan semangat kesetiaan kepada perusahaan yang selalu dipupuk, mampu menghasilkan kerja yang inovatif. Mereka menyumbangkan ide untuk kemajuan dan keberhasilan perusahaan mereka.
Perusahaan Matsusthita Electric pernah dikenal dengan sebutan “Maneshita” yang berarti tukang tiru. Namun sumbangan ide seorang wanita pekerjanya, Tanaka, membuat perusahaan mampu menciptakan mesin pembuat roti otomatis pertama di dunia.
Perusahaan Jepang mengutamakan aspek kemanusiaan dalam pengelolaannya. Pekerja yang rajin dan mampu memberikan ide-ide yang membangun untuk kemajuan perusahaan diberikan nilai tinggi. Perusahaan Jepang mendorong persaingan yang sehat dan positif dikalangan pekerjanya agar mereka lebih produktif, kreatif, dan inovatif.
Penghargaan yang diberikan perusahaan Jepang kepada pekerja golongan bawah mendorong hasil produksi baru yang dapat dipasarkan dengan lebih baik, cepat, dan mampu bersaing.
Proses inovasi produk tersebut tidak hanya mengutamakan hasil produk baru yang dapat memenuhi keperluan pasar, tetapi juga cara kerja dan mutu produksi yang lebih baik. Semangat menjadi terbaik adalah asas dan moto orgnisasi Jepang dan salah satu motivasi setiap perusahaan untuk menghasilkan model dan produk baru dengan kualitas lebih baik.
Oleh karena itu, tidak heran teknologi di Jepang berkembang sangat pesat dan sulit ditandingi oleh negara-negara lain, termasuk negara Barat. Setiap hari selalu ada model dan produk baru yang dihasilkan, dikeluarkan, dan dijual di pasaran.
Nilai konservatif kehidupan orang Jepang tidak pernah menghalangi kemajuan dalam bidang teknologi canggih.
Dulu produk yang berlabel Made in Japan sering dilecehkan dan dianggap barang murahan yang tidak bermutu. Namun, saat ini, produk Jepang dianggap sebagai produk yang terbaik di dunia dan sejajar dengan produk negara maju lainnya. Semua itu dihasilkan melalui inovasi para pekerja Jepang yang kreatif dan hasil kerja yang produktif.



14.    KEAJAIBAN JEPANG
Jepang pernah beberapa kali mengalami peperangan dengan negara lain, dalam setiap peperangan tentara Jepang bertempur dengan berani dan penuh semangat. Mereka mampu mengalahkan musuh karena tentaranya berjuang untuk mengangkat marrtabat negara. Peperangan dijadikan sebagai landasan untuk menunjukkan kekuatan dan kehebatan negara mereka. Tentara Jepang dikenal sebagai golongan tentara yang selalu berpindah-pindah dan dianggap kejam. Jadi, tidak heran tentara Jepang sangat ditakuti karena kekejamannya dan keganasannya. Sifat itu jelas sangat bertentangan dengan sikap bangsa Jepang yang sebenarnya. Semangat mencapai kemenangan membuat mereka kehilangan pertimbangan, sehingga rela melakukan apa saja.
Keinginan Jepang untuk menguasai dunia melalui peperangan dan kekerasan menerima ganjaran. Negara itu dihancurkan bom atom yang diluncurkan oleh AS.  Dunia menyangka Jepang tidak mampu bangkit kembali. Namun, semua dugaan itu meleset karena ternyata Jepang mampu bangkit dari kekalahan dan muncul sebagai penguasa perekonomia dunia.
Pada masa awal kebangkitannya, produk yang dihasilkan Jepang tidak mendapat sambutan karena dianggap tidak bermutu.sentimen kebencian karena kekejaman selama masa perang menyebabkan produk Jepang diboikot. Beberapa dekade yang lalu, banyak orang merasa malu dan ragu untuk menggunakan produk Jepang. Sekarang, produk Jepang menjadi rebutan dan diakui sebagai produk terbaik.
Hasilnya, produktivitas negara Jepang meninggkat tajam dan angka PDB negara pun naik berlipat ganda. Perekonomian berkembang pesat dan bertambah kokoh setelah memasuki dasawarsa 1970-an. Produk Jepang mulai menguasai dunia dan perusahaannya selalu memikirkan produk baru yang tepat untuk dijual dan dipasarkan.
Saat ini produk Jepang dapat diperoleh di berbagai tempat. Di Indonesia, jalan raya penuh bukan hanya dipenuhi kendaraan produk Jepang, tetapi berbagai produk makanan pun dapat diperoleh dengan mudah di pusat-pusat perbelanjaan.
Mereka masih mampu mempertahankan nilai-nilai tradisi dan kepribadian Asia yang diwariskan kepada mereka. Segala nilai diterapkan dan diwujudkan dalam aturan dan cara mereka bekerja. Meskipun kehidupan bangsa Jepang berubah dan semakin banyak dipengaruhi oleh nilai Barat, identitas dan budaya asli masih mengakar dalam masyarakat Jepang.



15.    PENGELOLAAN TQM JEPANG
Keberhasilan Jepang dalam bidang ekonomi berhubungan erat dengan pengelolaan yang ahli dan produksi yang tinggi. Jepang merupakan negara yang berhasil menerapkan Total Quality Management atau TQM. Sistem pengelolaan TQM di Jepang berbeda dengan sistem negara Barat. Organisasi, perusahaan, dan pabrik Jepang mementingkan kerja tim daripada kerja individu. Melalui sistem ini, setiap bagian dan pekerja dianggap sebagai komponen paling penting dan saling bergantung satu sama lain untuk menghasilkan produk berkualitas.
Keberhasilan sebuah organisasi dan perusahaan adalah keberhasilan bersama. Pihak pengelola dan pemilik mendapat imbalan. Di Jepang bawahan dianggap sebagai komponen penting yang sebanding dengan pihak atasan. Setiap pekerjaan mempunyai hak dan peranan untuk kejayaan organisasi dan perusahaannya.
Kemunculan Jepang sebagai penguasa bidang industri otomotif pada era 1980-an menyebabkan beberapa pabrik optomotif di AS bangkrut. Usaha untuk meningkatkan mutu produk mereka dilakukan terus-menerus dan memberi hasil konkret. Jepang berhasil menghapus citra “besi tua” yang pernah menjadi label setiap barang hasil produksinya.
Keberhasilan pengelolaan TQM di Jepang didukung oleh bebarapa faktor. Diantaranya adalah kerja keras, disiplin tinggi, keseriaan pada organisasi, hemat waktu, kerjasama antara pihak swasta dan pemerintah, dukungan rakyat dan keluarga, dorongan pihak yang berkuasa, sistem keiretsu, dan kebijaksanaan mengelola segala sumber daya.
Perbedaan antara bangsa Jepang dan negara lain terletak pada semangat dan kelihaian mereka dalam mengelola suatu perusahaan. Mereka mau belajar dari bangsa yang maju. Mereka menggunakan, meniru, dan memodifikasi hasil karya orang Barat, sehingga, penggunaannya menjadi lebih praktis bagi konsumen. Jadi, salah satu syarat untuk mencapai keberhasilan adalah tidak malu belajar dari orang lain. Kemauan untuk belajar dan diajar menjadikan bangsa Jepang sebagai penguasa ekonomi mdunia. Mereka menempuh berbagai halangan, rintangan, dan cobaan untuk mencapai keberhasilan.
Selain memmiliki daya tahan yang tinggi, keberhasilan orang Jepang juga didukung oleh sistem TQM yang melibatkan pihak atasan dan pekerjanya. Mereka tidak bekerja dan bergerak sebagai individu ataupun komponen yang berlainan, tetapi satu keastuan atau tim. Setiap kesatuan atau tim memiliki keinginan dan kepentingan yang sama.
Itulah sistem pengelolaan TQM Jepang yang tidak dipraktikkan negara Barat dan negara-negara berkembang.

16.    KAI ZEN DAN STRATEGI PENGELOLAAN
Bangsa Jepang memiliki komitmen tinggi pada pekerjaan mereka. Setiap pekerjaan dilaksanakan dan diselesaikan sesuai jadwal agar tidak menimbulkan pemborosan. Jika tidak mengikuti jadwal, maka penyelesaian pekerjaan akan lambat dan menimbulkan kerugian. Jika dilakukan terlalu cepat, maka dapat menimbulkan kekeliruan. Oleh karena itu, perusahaan di Jepang menerapkan suatu peraturan yaitu “tepat waktu”. Dengan aturan ini, biaya penyimpanan, pengadaan bahan mentah, dan pengeluaran produk dapat diminimalkan. Peraturan ini membuat produk Jepang lebih kompetitif dibandingkan negara lain.
Cara itu member rangsangan pada pekerja untuk mengoptimalkan segala sumber daya yang ada. Pada saat yang sama, juga menjadikan pekerja mereka menjadi lebih produktif dan disiplin. Untuk mencapai sistem ini, pekerja harus memberikan seluruh perhatian pada pekerjaan dan tidak boleh membuang waktu dengan obrolan tidak berguna, bercanda, dan istirahat terlalu lama.
Untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas kerja yang terbaik, para pekerja harus bekerja sebagai satu tim. Dalam tim, bawahan dan atasan bekerja sama sebagai satu keluarga.
Bagi orang Jepang, pengelolaan yang cekatan dan inovatif dinilai penting untuk menyukseskan pekerjaaan. Oleh karena itu, budaya kerja di Jepang memberikan penekanan pada strategi pengelolaan yang disebut Kai Zen. Hamper semua organisasi di Jepang menerapkan sistem pengelolaan ini. Kai zen adalah penerapan kulaitas kerja yang menekankan pada tiga aspek utama, yaitu peningkatan kerja secara terus menerus, dapat diukur, dan dilaksanakan secara bertahap. Untuk mencapainya, pihak pengelola menetapkan bahwa sasaran yang hendak dicapai para pekerja sebanding dengan kapasitas yang tersedia dalam perusahaan.
Dalam prinsip kai zen, bawahan diberi keutamaan dengan mengurangi tekanan kerja hingga tingkat yang rendah. Untuk mengurangi perbedaan antara pekerja dan pengelola, pabrik-pabrik di Jepang menggalakkan pemakaian baju seragam. Cara tersebut dapat mengurangi konflik dan ketegangan antara bawahan dan atasan.
Strategi pengelolaan yang diterapkan di Jepang menciptakan keajaiban di negara itu dan mencapai keberhasilan besar dalam bidang ekonomi dalam jangka waktu yang relatif singkat. Pengelolaan prinsip kai zen dinilai penting untuk mewujudkan budaya kerja yang kuat. Prinsip itu menanamkan kesetiaan pekerja pada perusahaan. Hal itu juga dapat mempererat kerja sama antara pihak pengelola dan bawahan, serta mengoptimalkan biaya dan waktu untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan kuantitas besar.

0 komentar:

Posting Komentar

Tanda Tangan