Total Tayangan Halaman

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 26 Oktober 2016

TEORI PERKEMBANGANAN DAN TEORI BELAJAR DALAM UPAYA MENGEMBANGKAT MINAT BACA DAN TULIS PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Semenjak lahir ke dunia, setiap waktu yang dilalui adalah momen pembelajaran bagi anak. Oleh karena itu, orang tua dan pengasuh memiliki peranan yang sangat penting sebagai guru pertama dalam kehidupan seorang anak. Perkembangan setiap anak adalah unik, pada usia yang sama bisa jadi satu anak mengalami perkembangan yang berbeda dengan anak lainnya. Meskipun demikian, ada hal-hal yang biasanya menjadi pola dalam setiap tahapan perkembangan usia anak, dari penguasaan bahasa menuju kemampuan baca tulis anak.
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu, keterampilan menyimak atau mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.
Kemampuan membaca akan membantu anak belajar lebih banyak tentang dunia, memahami petunjuk pada tulisan dan gambar, sehingga anak akan senang membaca dan membantu mereka mengumpulkan banyak informasi. Belajar membaca sangat berbeda dari belajar untuk berbicara, dan hal itu tidak terjadi sekaligus. Perlu proses waktu yang berkelanjutan sesuai usia anak untuk belajar membaca
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.
Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.
Namun hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan dimasa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.
Yang menjadi persoalan sekarang adalah,  kapan kemampuan membaca dan menulis mulai diajarkan? Jawaban pertanyaan itu sebenarnya masih berupa polemik. Bagaimana tidak? Sebagian ahli mengatakan membaca dan menulis baru dapat diajarkan setelah anak masuk SD sebagaimana kebijakan kurikulum TK sekarang ini. Tetapi banyak juga ahli yang mengatakan bahwa membaca dan menulis harus diajarkan sejak dini.

B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian membaca dan menulis?
Bagaimana tahap-tahap perkembangan membaca dan menulis pada anak?
Apa saja teori belajar yang relevan untuk mengembangkan minat baca tulis pada anak?

BAB II
PEMBAHASAN

A. MEMBACA
Pengertian Membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna. ( Anderson 1972 : 209-210 ).

B. MENULIS
Pengertian Menulis
Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Menulis adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu dari tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuan. Yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang di maksudkan itu adalah penemuan, susunan, dan gaya. Secara singkat; belajar menulis adalah belajar berfikir dalam/ dengan cara tertentu. (D’Angelo, 1980: 5)
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) writing is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.

C.  TEORI PERKEMBANGAN MENURUT PARA AHLI
Menurut Monks dkk, mengartikan perkembangan sebagai “suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.” Perkembangan juga dapat diartikan sebagai “proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan, pematangan, dan belajar.”
Robert Havighurst menyatakan bahwa perkembangan seseorang faktor lingkungan. Ini merupakan satu elemen penting yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak. Beliau memfokuskan kepada keadaaan sekeliling atau lingkungan di mana tempat seseorang anak-anak itu membesar yang akan memberi dan meninggalkan sama ada positif atau negatif bergantung kepada ibu bapak yang memberikan ciri mereka Havighurst menyatakan bahwa tugas-tugas dalam perkembangan anak-anak hanya perlu dipelajari sekali saja seperti berjalan, berlari, perbedaan nama benda dan sebagainya.
Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial.
Menurut Santrok Yussen. 1992 Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi. Dengan demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai ahir hayat yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Dalam Dictionary of Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme tersebut.

D.  TEORI BELAJAR MENURUT PARA AHLI
Teori Belajar Behavioristik 
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990), Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)

Teori Belajar Kognitif
Berbeda dengan aliran behavioristik yang lebih menekankan pentingnya pengulangan dan masa lalu yang bersifat mekanistik, pada aliran kognitivisme, siswa dianggap sebagai pembelajar yang aktif . Belajar merupakan proses menemukan (insight – aha) dan memperoleh penyelesaian masalah (problem solving) dan guru berperan sebagai pendamping, teman diskusi serta fasilitator, yang memberikan alat belajar, memanipulasi situasi dan kondisi belajar shg siswa bisa belajar sendiri. Kegiatan belajar lebih ditekankan untuk mengeksplorasi, to manipulate, to experiment, to question, and to search out answers for themselves - activity is essential.

Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif
Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti : “Tahap-tahap Perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Bruner dan Ausubel.
Teori Perkembangan Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu  suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka semakin komplekslah susunan sarafnya dan meningkat pula kemampuannya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai suatu yang dapat didefinisikan secara kualitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Teori Belajar Menurut Bruner, Dalam memandang proses belajar, bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesmpatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,  aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Teori Belajar bermakna Ausubel, menurut Ausubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk strukur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.

Teori Belajar Humanistik
Menurut Habermas, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.
Teori MasLow
Pentingnya kesadaran akan perbedaan individu, dengan memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan. Menggali dan menemukan sisi-sisi kemanusiaan, pada taraf tertentu akan sampai pada penemuan diri. Proses belajar yang ada pada diri manusia adalah proses untuk sampai pada aktualisasi diri (learning how to be).
Belajar adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa yang anda miliki, apa langkah-langkah yang anda ambil, apa yang dirasakan, nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah mana perkembangan kita akan menuju.

E.  TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MEMBACA DAN MENULIS PADA ANAK
Tahap perkembangan anak berdasarkan usia secara teoritis terbagi dalam 3 (tiga) periode perkembangan sebagai berikut:
1.       Periode Prenatal, yaitu masa perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu (mulai pembuahan hingga kelahiran), 270-280 hari / 9 bulan.
2.          Masa Bayi, yang terbagi atas: Masa Neonatal (0-2 minggu) dan Masa bayi (2 minggu - 2 tahun).
3.         Masa Anak-Anak (2-12 tahun), yang terbagi atas dua sub-periode, yaitu: Masa Prasekolah (2-6 tahun) dan Masa Sekolah Dasar (6-10 tahun)

Perkembangan Dasar Kemampuan Membaca pada Anak
Tahap-tahap  perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni:
1.        Tahap Fantasi (Magical Stage)
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku. Anak mulai berpikir bahwa buku itu penting dengan cara membolak-balik buku.
2.        Tahap Pembetukan Konsep Diri (Self Concept Stage)
Anak memandang dirinya sebagai pembaca dan mulai melibatkan dirinya dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku.
3.        Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage)
Anak menyadari cetakan yang tampak dan mulai dapat menemukan kata yang sudah dikenal.
4.        Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage)
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponic, semantic dan syntactic) secarabersama-sama.Anak mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain.
5.        Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage)
Anak dapat membaca berbagai jenis buku secara bebas.
Huruf dan  kata-kata merupakan suatu yang abstrak bagi anak-anak, sehingga untuk mengenalkannya guru harus membuatnya menjadi nyata dengan mengasosiasikan pada hal-hal yang mudah diingat oleh anak. Pertama kali mengenalkan huruf biasanya guru memusatkan hanya pada huruf awal suatu kata yang sudah di kenal anak. Dan agar tidak ada kesan pemaksaan “belajar membaca” pada anak maka harus dilakukan dengan menyenangkan.

Perkembangan Kemampuan Menulis pada Anak
Tahap-tahap  perkembangan anak dalam menulis :
·    Tahap 1, Coretan awal, coretan acak, coretan-coretan sering kali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas.
·         Tahap 2, Coretan terarah, tanda-tanda tertentu (seperti garis-garis atau titik-titik) diulang- ulang, biasanya bentuk lonjong, tanda-tanda itubelum berhubungan.
·           Tahap 3, Pengulangan Garis dan Bentuk
·     Tahap 4, Berlatih huruf. Anak-anak biasanya sangat tertarik huruf-huruf dalam nama mereka sendiri.
·           Tahap 5, Menulis nama
·     Tahap 6, Menyalin kata-kata yang ada di lingkungan. Kata-kata yang terdapat pada poster di dinding atau dari kantong  kata sendiri.
·       Tahap 7, Menemukan Ejaan. Anak usia 5-6  tahun ini telah menggunakan konsonan awal (L untuk Love). Konsonan awal, tengah dan akhir untuk mewakili huruf (DNS) pada kata dinosaurus.
·    Tahap 8, Ejaan Baku. Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.

BAB III
KESIMPULAN

A.  KESIMPULAN
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan dan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. ( Anderson 1972 : 214 ).
Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Tahap perkembangan anak berdasarkan usia secara teoritis terbagi dalam 3 (tiga) periode perkembangan sebagai berikut: Periode Prenatal, Masa Bayi, dan Masa Anak-Anak (2-12 tahun).
Tahap-tahap  perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap yakni: tahap Fantasi (Magical Stage), tahap Pembetukan Konsep Diri (Self Concept Stage), tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage), tahap Pengenalan Bacaan (Take-off Reader Stage), tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage).
Tahap-tahap  perkembangan anak dalam menulis terdiri dari 8 tahap, yaitu: Coretan awal, Coretan terarah, Pengulangan Garis dan Bentuk, Berlatih huruf, Menulis nama, Menemukan Ejaan, Ejaan Baku.

B.  SARAN
Pada era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi kemajuan yang sangat pesat pada bidang teknologi informasi. Kemajuan itu menuntut dukungan budaya baca tulis, yaitu perwujudan perilaku yang mencakup kemampuan, kebiasaan, kegemaran, dan kebutuhan baca tulis.
Namun hingga saat ini budaya baca tulis belum sepenuhnya berkembang di masyarakat Indonesia. Karena itu jika bangsa Indonesia ingin berhasil dalam pembangunan dimasa depan, pengembangan budaya baca tulis mutlak diperlukan.



DAFTAR PUSTAKA

Internet : (diakses pada 22 September 2016)
Faqihfatony.blogspot.co.id/2012/12/makalah-perkembangan-membaca-untuk-anak.html
http://childrengarden.wordpress.com/2010/04/02/tahap-tahap-perkembangan-anak-dalam-menulis/   
http://duniabaca.com/pengertian-menulis-menurut-para-ahli.html       
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/25/tahap-tahap–membaca-pada-anak-usia-dini/
http://titikfirman.blogspot.co.id/p/tahap-perkembangan-anak.html
http://www.kajianpustaka.com/2013/07/pengertian-tujuan-dan-tahapan-menulis.html
wijayantiromi.wordpress.com/2013/04/28/makalah-membaca-dan-menulis/
www.jalansesama.or.id/index.php/taman-bacaan/52-bahasa-dan-perkembangan-kemampuan-baca-tulis-anak

Internet : (diakses pada 12 Oktober 2016)
Aulia Rahmayanti. 2015. Makalah Teori Belajar Kognitif dan Penerapannya dalam Pembelajaran Psikologi Pendidikan. (http://aul-rahmah.blogspot.co.id/2015/06/teori-belajar-kognitif-dan-penerapannya.html).
http://dakubelajar.blogspot.co.id/2013/04/hubungan-perkembangan-kognitif-terhadap.html?m=1.
http://teoribagus.com/teori-belajar-psikologi-kognitif
Nurul Ilmi. 2014. MAKALAH Teori Belajar Kognitif.  (http://rudisiswoyoalfikir.blogspot.com/2014/04/makalah-teori-belajar-kognitif.html)
Pendekatan Kognitif dalam Menulis (http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2012/05/pendekatan-kognitif-dalam-menulis.html?m=1)
Satria ADV. 2014.  Makalah pendidikan tentang “teori belajar koginitif” . (http://advae.blogspot.com/2014/10/makalah-pendidikan-tentang-teori.html)

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN IMPLEMENTASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN (https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/05/31/teori-belajar-kognitif-dan-implementasi-dalam-proses-pembelajaran/)

Terry Prameswari. 2013. Teori Belajar Kognitif Menurut Para Ahli. (http://crhiry.blogspot.com/2013/12/teori-belajar-kognitif-menurut-paraahli.html)

Internet : (diakses 14 Oktober 2016)
http://betanurdiana.blogspot.co.id/2015/03/teori-perkembangan-anak-menurut-para.html
http://nurzubaini.blogspot.co.id/2012/12/teori-perkembangan-anak-menurut-para.html
http://wildydark.blogspot.co.id/2015/03/teori-teori-perkembangan-diri-manusia.html
http://www.asikbelajar.com/2014/08/tinjauan-teori-perkembangan-anak.html
http://www.ilmupsikologi.com/2016/01/pengertian.belajar.dan.teori.belajar.menurut.para.ahli.html
https://akirawijayasaputra.wordpress.com/2012/03/14/10-teori-belajar-menurut-ahli-2/
https://laodesyamri.net/2016/01/06/11-pengertian-belajar-dan-teori-belajar-menurut-para-ahli/

Jumat, 07 Oktober 2016

FONOLOGI DALAM BAHASA INDONESIA

A.      PENDAHULUAN


Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan  penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika mungkin diusahakan dihilangkan.


Rumusan Masalah

·        Apakah yang dimaksud dengan fonologi?

·        Bagaimanakah membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi?

·        Bagaimanakah mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia?


Tujuan

·        Untuk menjelaskan pengertian fonologi.

·        Untuk membedakan ilmu-ilmu bahasa yang tercakup dalam fonologi.

·        Untuk mengidentifikasi fonem-fonem bahasa Indonesia.



B.       PEMBAHASAN


Pengertian Fonologi

Sebelum diuraikan mengenai fonologi, terlebih dahulu dibahas mengenai struktur. Struktur adalah penyusunan atau penggabungan unsur-unsur bahasa menjadi suatu bahasa yang berpola.

Istilah fonologi ini berasal dari gabungan dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi.  Akan tetapi, bunyi yang dipelajari dalam Fonologi adalah bunyi bahasa yang dapat membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.

Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya. Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk suku kata.

Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon (yang berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu). Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda, yaitu fonologie. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi–bunyi bahasa menurut fungsinya. Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian, fonologi adalah sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Pengertian Fonologi Menurut Para Ahli
Berikut pengertian Fonologi menurut para ahli:

Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.

Menurut Abdul Chaer (2003:102), secara etimologi istilah “fonologi” ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi”  yang berarti “ilmu”. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.

Verhaar (1984:36) mengatakan bahwa fonologi  merupakan bidang khusus dalam linguistik yang mengamati bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu sesuai dengan  fungsinya untuk membedakan makna leksikal dalam suatu bahasa.

Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30).

Definisi Fonologi menurut Fromkin & Rodman (1998:96), fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa.

Definisi Fonologi menurut Trubetzkoy (1962:11-12), fonologi merupakan studi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, organisasi bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa.

Definisi Fonologi menurut Daniel Jones, Sarjana fonologi Inggris,Fonologi ialah sistem bunyi  sebuah bahasa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum.


Ilmu-Ilmu yang Tercakup dalam Fonologi

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa terdiri atas:

ü Fonetik

Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap. Menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang bunyi-bunyi ujar. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sistem bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan. Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu menjadi tiga jenis fonetik yaitu:

1)        Fonetik artikulatoris

Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Pembahasannya antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi dalam bahasa itu, mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa, bagaimana bunyi bahasa itu dibuat, mengenai klasifikasi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteria yang digunakan, mengenai silabel, dan juga mengenai unsur-unsur atau ciri-ciri supresegmental, seperti tekanan, jeda, durasi dan nada.

2)        Fonetik akustik

Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam. Objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan: gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spektrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desibel, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada kajian linguistik, meskipun linguistik memiliki kepentingan didalamnya.

3)        Fonetik auditoris

Fonetik auditoris mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diterima oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pambahasan mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kajian fonetik auditoris lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.

Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistik. Fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran daripada linguistik. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.

ü Fonemik

Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait dengan pengertian tersebut, fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan: (1) Bidang linguistik tentang sistem fonem. (2) Sistem fonem suatu bahasa. (3) Prosedur untuk menentukan fonem suatu bahasa.

Jika dalam fonetik mempelajari berbagai macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi ujaran yang manakah yang dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u] dan [r], [a], [b] dan [u]. Jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.

Sebagai bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang lingusitik yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik

Fonologi dalam cabang morfologi

Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.

Fonologi dalam cabang sintaksis

Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri?(kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

Fonologi dalam cabang semantik

Bidang semantik yang berkosentrasi pada persoalan  makna kata pun memanfaatkan hasil telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan dan tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi [dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil analisis fonologislah yang membantunya.


Fonem-Fonem Bahasa Indonesia

Pengertian Fonem

Supriyadi (1992) berpendapat bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan kebahasaan yang terkecil. Santoso (2004) menyatakan bahwa fonem adalah setiap bunyi ujaran dalam satu bahasa mempunyai fungsi membedakan arti. Bunyi ujaran yang membedakan arti ini disebut fonem. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) tertulis bahwa yang dimaksud fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan kontras makna. Misalnya /b/ dan /p/ adalah dua fonem yang berbeda karenabara dan para beda maknanya. Contoh lain: mari, lari, dari, tari, sari jika satu unsur diganti dengan unsur lain, maka akan membawa akibat yang besar yakni perubahan makna.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan memiliki fungsi untuk membedakan makna. Fonem tidak dapat berdiri sendiri karena belum mengandung arti.

Ada 3 (tiga) unsur penting ketika organ ucap manusia memproduksi bunyi atau fonem, yaitu:
·    udara - sebagai penghantar bunyi,
·    artikulator - bagian alat ucap yang bergerak, dan
·    titik artikulasi (disebut juga artikulator pasif) - bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.

Perbedaan Fonem dan Huruf

Dalam bidang linguistik, huruf sering diistilahkan dengan grafem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang terkecil yang dapat membedakan arti. Sedangkan huruf (grafem) adalah gambaran dari bunyi (fonem), dengan kata lain, huruf adalah lambang fonem. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) bahwa huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa.

Bahasa Indonesia memakai ejaan fonemis, artinya setiap hunuf melambangkan satu fonem. Namun demikian masih terdapat fonem-fonem yang dilambangkan dengan diagraf (dua hunuf melambangkan satu fonem) seperti ny, ng, sy, dan kh. 

Di samping itu ada pula diafon (satu huruf yang melambangkan dua fonem) yakni huruf e yang digunakan untuk menyatakan e pepet dan e taling.

Huruf e melambangkan e pepet terdapat pada kata seperti : sedap, segar, terjadi. Huruf melambangkan e taling terdapat pada kata seperti : ember, tempe, dendeng


Sistem Fonologi dan Alat Ucap

Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah fonem, yang terdiri atas: (a) fonem vokal 6 buah (a, i. u, e, ∂, dan o), (b) fonem diftong 3 buah, dan (c) fonem konsonan 23 buah (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l,w, dan z).

Bentuk-bentuk fonem suatu bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dibahas dalam bidang fonetik. Terkait dengan hal itu, Samsuri (1994) menyatakan secara fonetis bahasa dapat dipelajari secara teoritis dengan tiga cara, yaitu:

1.    Bagaimana bunyi-bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia

2.    Bagaimana arus bunyi yang telah keluar dari rongga mulut dan /atau rongga hidung si pembicara merupakan gelombang-gelombang bunyi udara

3.    Bagaimana bunyi itu diinderakan melalui alat pendengaran dan syaraf si pendengar

Cara pertama disebut fisiologis atau artikuler, yang kedua disebut akustis dan yang ketiga auditoris.

Dalam bahasan struktur fonologis cara pertamalah yang paling mudah, praktis, dapat diberikan bukti-bukti datanya. Hampir semua gerakan alat-alat ucap itu dapat kita periksa, paru-paru, sekat rongga dada, tenggorokan, lidah dan bibir.


Alat ucap dibagi menjadi dua macam:

o    Artikulator; adalah alat-alat yang dapat digerakkan/ digeser ketika bunyi diucapkan

o    Titik Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau didekati

Fonem-fonem yang dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal. Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.



DAFTAR PUSTAKA


http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/01/fonologi-morfologi-dan-sintaksis-bahasa.html

http://bahasaindonesiakusatu.blogspot.co.id/2013/02/fonologi.html

http://blog.unnes.ac.id/ellenyolla/2015/11/19/contoh-makalah-struktur-fonologi-bahasa-indonesia-2/

https://id.wikipedia.org/wiki/Fonologi
http://raisyaandhira.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-fonologi-dan-kajiannya.html


Tanda Tangan